BGTK NTB – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan tantangan kesehatan mental generasi muda, Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Provinsi Nusa Tenggara Barat mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling untuk Fasilitator Daerah Tahap 2. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 7 hingga 10 September 2025 di Hotel Lombok Raya ini diikuti oleh 150 calon fasilitator daerah dan 10 fasilitator pusat, bertujuan untuk membekali para pendidik dengan keterampilan esensial dalam mendampingi siswa.

Pelatihan intensif selama 59 jam pelajaran ini dirancang untuk memperkuat peran seluruh guru—mulai dari guru Bimbingan dan Konseling (BK), guru kelas, hingga guru mata pelajaran—dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 11 Tahun 2025 yang menegaskan tugas semua guru sebagai pembimbing dan guru wali, yang bertanggung jawab atas pendampingan akademik, pengembangan karakter, serta keterampilan sosial-emosional murid.

“Di tingkat Sekolah Dasar, tidak ada guru BK khusus. Oleh karena itu, guru kelas harus mampu menjadi garda terdepan melalui sentuhan kasih sayang,” ujar Kepala BGTK NTB, Dr. Wirman Kasmayadi, S.Pd., M.Si. dalam sambutannya. Beliau menyoroti pergeseran ketergantungan anak-anak dari orang tua dan masyarakat ke media digital, yang menuntut pendekatan pendampingan yang lebih relevan.

Senada dengan hal tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, H. Lalu Hadrian Irfani, ST., M.Si., yang membuka acara secara resmi, mengingatkan tentang tantangan era modern. “Komunitas game online mampu mempengaruhi mental, psikis, dan kesehatan siswa-siswi kita. Data menunjukkan 64% siswa sudah terpapar. Ini tugas berat kita bersama untuk menjaga generasi penerus bangsa,” tegasnya. Beliau juga memaparkan berbagai program unggulan pemerintah, termasuk Inpres No. 7/2025 tentang revitalisasi sekolah dan alokasi anggaran 2 triliun untuk digitalisasi pembelajaran, sebagai komitmen untuk meningkatkan kualitas SDM.


Metode Belajar Aktif dan Relevan

Program ini mengusung pendekatan inovatif yang berpusat pada pengalaman langsung (experiential learning) dan prinsip pembelajaran orang dewasa. Prosesnya mencakup empat tahap: aktivitas pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan aplikasi.

“Desain pembelajaran ini menyeimbangkan 40% penguatan kerangka berpikir (mindset) dan 60% penguatan keterampilan (skillset) serta alat bantu (toolset),” jelas panitia penyelenggara. Peserta tidak hanya pasif menerima teori, tetapi secara aktif merefleksikan pengalaman untuk merancang penerapan praktis dalam tugas sehari-hari.

Tujuh modul utama yang menjadi fondasi pelatihan ini adalah:

  1. Kenali Potensi
  2. Kelola Emosi
  3. Tumbuhkan Resiliensi
  4. Jaga Konsistensi
  5. Jalin Koneksi
  6. Bangun Kolaborasi
  7. Menata Situasi

Seluruh proses pembelajaran didukung oleh Learning Management System (LMS) di platform Rumah Pendidikan, memungkinkan peserta untuk mengakses materi, menyelesaikan evaluasi, dan berkolaborasi secara daring bersama fasilitator.

Pelatihan ini diharapkan dapat mencetak fasilitator-fasilitator andal yang siap menyebarkan praktik baik pendampingan siswa di daerah masing-masing, memastikan setiap anak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk bertumbuh secara optimal di tengah kompleksitas zaman.